Oleh: Muhammad Nur Wahid
Belakangan ini publik sepakbola dibuat geger. Bukan lantaran lolosnya Kroasia ke final untuk pertama kali dalam sejarah keikut sertaannya dalam Piala Dunia 2018 atau kontroversi pinalty dengan bantuan VAR yang memuluskan langkah Prancis untuk mengangkat trophy Piala Dunia 2018 untuk yang kedua kalinya. Namun publik sepakbola sedang geger oleh tranfers mega bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo ke Juventus. Bagaimana tidak, peraih lima kali Ballon d’Or tersebut baru saja mengantarkan Los Blancos menjuarai Liga Champions untuk kali ketiga secara beruntun. Apalagi Ronaldo masih terikat kontak di Santiago Bernabeu hingga 2021. Sebelumnya kubu El Real sempat menawarkan perpanjangan kontrak beberapa bulan yang lalu, namun negosiasi itu akhirnya buntu karena belum ada kesepakatan antara kedua belah pihak.
Secara mengejutkan, Juventus lewat laman resminya pada Selasa (10/7) telah mengumumkan Ronaldo sebagai pemain baru mereka dengan nilai transfer sebesar 100 juta Euro atau sekitar Rp 1,7 triliun yang akan dibayarkan dalam 2 tahun. Di Juventus, Ronaldo akan mendapatkan bayaran 500 ribu pounds atau sekitar Rp 9,4 miliar per pekan. Semua orang masih tidak percaya dengan kebenaran berita tersebut. Sebagian lagi mempertanyakan alasan Ronaldo pindah ke Serie A yang sudah barang tentu kalah pamor ketimbang Premier League atau La Liga.
Meskipun harus merogoh gocek cukup mahal, namun kedatangan Ronaldo ke Turin telah menghadirkan efek yang luar biasa besar bagi kubu La Vecchia Signora. Sejak rumor kepindahan Ronaldo dari Real Madrid ke Juventus mencuat pada 2 Juli lalu, harga saham Juventus langsung melonjak hingga 34,8 persen. Harga saham Juve mencapai angka tertinggi sejak 10 Mei, yakni menyentuh angka 0,898 euro per lembar saham. Belum lagi keuntungan yang mereka dapat dari hasil penjualan jersey Ronaldo tiket pertandingan disetiap laga kandang mereka. Jelas, harga 100 juta Uero sangatlah kecil dibanding dengan pendapatan yang mereka peroleh.
Bukan soal keuntungan finansial saja. Kedatangan Ronaldo tentunya adalah bagian dari ambisi klub yang bermarkas di Turin ini untuk mengangkat Trophy si Kuping Besar. Dalam empat musim terakhir, Juve sudah dua kali menginjakkan kaki di final Liga Champions yakni di musim 2014/2015 dan 2016/2017. Namun dua final itu berakhir dengan kekalahan. Yang pertama kalah 1-3 dari Barcelona kemudian takluk 1-4 dari Real Madrid dua musim berselang. Terakhir kali La Vecchia Signora mengangkat Trophy Liga Champions pada tahun 1996. Sepanjang sejarah klub ini berdiri, Si Nyonya Tua tercatat telah dua kali menjuara Liga Champions, yakni tahun 1985 dan 1996.
Sementara, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, Cristiano Ronaldo telah memenangkan turnamen tersebut sebanyak 5 kali, satu bersama Manchester United dan empat bersama Real Madrid. Bahkan koleksi tropy Liga Champions Ronaldo telah melampaui prestasi Barcelona dan Bayer Munchen yang juga sama-sama mempunyai koleksi 5 gelar Liga Champions. Yang membedakan, dua klub tersebut membutuhkan waktu selama bertahun-tahun, sedangkan Ronaldo hanya butuh waktu 10 tahun untuk perjuangan tersebut. Pantas apabila Juventus berharap kehadiran Ronaldo mampu membawa Juventus kembali membawa pulang Tropy Liga Champions ke Turin.
Rupanya fenomena Ronaldo Efek menjadi tren bagi partai politik di Indonesia menghadapi pemilu 2019 besok. Untuk mendokrak perolehan suara partai, mereka berlomba-lomba untuk merekrut para pabrik figur sebagai calon anggota legislatif. Tak tangung-tanggung, ada sebanyak 54 artis Indonesia yang telah mendaftarkan diri sebagai calon anggota legislatif. Partai Nasdem menjadi partai dengan jumlah calon anggota legislatif terbanyak dari kalangan selebritis. Tercatat ada 26 nama artis yang telah mendaftar sebagai anggota legislatis dari partai besutan Surya Paloh ini.
Seolah tak mau ketinggalan, PDI Perjuangan mengajukan 10 nama artis sebagai calon anggota legislatif, termasuk Krisdayanti. Selanjutnya, Partai Kebangkitan Bangsa yang juga ikut-ikutan mengusung caleg dari kalangan selebritas. Ada 7 nama artis yang mendaftar melalui partai besutan Cak Imin ini. Kemudian ada juga nama musisi Ahmad Dhani yang maju dalam pemilu legislatif besok melalui partai GERINDRA. Dhani menjadi satu-satunya artis yang maju dari partai berlambang kepala burung garuda tersebut. Kemudian empat nama artis lain yang berangkat dengan rekom partai Berkarya. Satu nama lagi berangkat dari Partai Solidaritas Indonesia.
Maraknya selebritas yang maju menjadi anggota legislatif ini menurut beberapa pengamat adalah salah satu strategi untuk mendongkrak suara partai. Hal ini diperlukan untuk memenuhi ambang batas 4% sesuai yang tercantum dalam pasal 414 Undang-undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa ambang batas parlemen atau parliamentary threshold adalah 4 % dari total suara sah nasional. Artinya Parpol yang tidak memperoleh minimal 4% suara dalam Pemilu 2019 tidak berhak memiliki kursi di Parlemen. Ini sangat berat, apalagi untuk partai kecil. Orang boleh bilang NASDEM adalah partai besar, namun faktanya pada pemilu 2014 kemarin mereka hanya mendapatkan 6,72% atau urutan 3 terbawah dari 10 partai yang lolos dan mendapatkan jatah di kursi parlemen. Perolehan suara NASDEM masih kalah dari PKB diurutan ke-5 dengan 9,04% , PAN 7,59 %, dan PKS 6,79%. Tak heran bila mereka melakukan beberapa upaya untuk mendokrang perolehan suara pada pemilu 2019 mendatang.
Selain penerapan parliamentary threshold, KPU juga mengatur soal ambang batas 20% sebagai syarat partai politik untuk bisa mengusung sendiri calon presiden pada 2019 nanti. Ini dinilai cukup berat bagi beberapa partai politik. PDIP yang keluar sebagai pemenang pada pemilu 2014 kemarin saja hanya mendapat 18,95% suara. Tentu ambang batas 20% itu adalah adalah hal yang teramat sangat berat kalau tidak di imbangi dengan strategi untuk terus menaikkan elektabilitas demi mendongkrak perolehan suara partai. Dan mengaet selebritas sebagai anggota legislatif dinilai oleh beberapa kalangan sebagai strategi yang cukup ampuh. Meskipun banyak orang juga menyangsikan hal tersebut, termasuk saya.
Dalam titik ini saya melihat bahwa agaknya beberapa petinggi partai telah terobsesi dengan dampak instan kedatangan Ronaldo ke Juventus yang dalam beberapa hari saja sudah mendapatkan banyak keuntungan secara finansial. Mulai dari melonjaknya harga saham, penjualan Jersey, dan tiket nonton pertandingan di stadion. Meskipun belum tentu juga hal itu di imbangi dengan dampak prestasi yang luar biasa. Kalau hanya untuk menjuarai Serie A Juventus tidak perlu menghadirkan Ronaldo. Karena faktanya sampai hari ini Si Nyonya Tua adalah penguasa Italia. Pertanyaannya, mampukah Ronaldo mempersembahkan gelar Liga Champions yang ketiga bagi Juventus? Perlu pembuktian, setidaknya sampai musim depan. Pertanyaan yang sama juga perlu kita berikan kepada petinggi partai politik di republik ini. Mampukah para artis itu mendongkrang suara partai?. Jangan tanyakan pada rumput yang bergoyang. Kalaupun bulan bisa ngomong, dia pasti tak akan bohong. Dengan tersenyum malu ia menjawab, “Aku kehabisan kata, dan hampir tak dapat bicara”.
Kemudian, disudut temaram trotoar nan berdebu seorang kawan bertanya kepadaku. “Caleg sekarang cantik-cantik ya cak, jadi bingung harus memilih yang mana”. Dengan lirih aku menjawab, “Jangan pilih artis sinetron cong, entar kebanyakan drama kalau udah jadi DPR. La wong yang bukan artis sinetron saja banyak drama, kok kamu mau milih artis”. Sejenak ia terdiam, pandangan matanya diarahkan ke sebuah baliho besar yang terpampang sangar disebrang jalan sana, “Daripada milih penyanyi cak, saya takut dia lebih sibuk bikin lagu daripada bikin undang-undang. Lebih celaka lagi kalau dia sibuk manggung daripada menghadiri sidang”. Diraihnya segelas kopi hitam manis yang terlanjur dingin disapu angin malam. “Kalau aku sih lebih memilih kawan-kawan seniman saja, setidaknya ia rela manggung meskipun kadang tidak dibayar. Semoga saja ketika jadi DPR nanti ia rela ngantor meskipun tidak dibayar”. Jawabku santai. Sambil berdo’a, semoga di pemilu besok tidak ada tokoh kartun, tokoh anime atau artis bokep yang lolos menjadi anggota dewan. Kalau itu sampai terjadi, bisa-bisa gedung DPR akan penuh dengan anak kecil dan lendir amis. Lebih celaka lagi kalau disana mereka berebut kue, mainan, dan berebut ikan Tongkol. Semoga saja tidak.
Soal Ronaldo, kita tidak usah terlalu berharap banyak apakah ia mampu mempersembahkan gelar atau tidak untuk Juventus. Ia pria yang sudah kenyang akan gelar. Soal gaji, jangan terlalu diambil pusing. Setidaknya itu tidak akan habis dimakan tujuh turunan. Dan satu lagi, tak usah berharap lebih pada selebritis yang maju sebagai anggota legislatif bila nanti mereka benar-benar terpilih. Karena dia akan lebih patuh kepada produser, penulis skenario dan sutradara yang telah menentukan jalan cerita ini. Lebih baik kita bekerja agar besok tetep bisa ngopi di warung kesayangan anda di Oase kopi dan literasi.